“Apa maksud kalian!? Kami yang melawan robot itu, dan kalian? Seenaknya saja meminta! Kunci ini sangat penting untuk membuktikan Legenda Biru!” Kris menjawabnya dengan sengit
“Heh, kalian memangnya siapa? Cuman kelompok baru! Sedangkan kami masuk lima besar. Jadi kami memintanya baik-baik.” balas mereka ketus
Sebelum Kris melanjutkan bicaranya, John sudah memegang bahunya. “Aku tahu kelompok kalian masuk lima besar. Tapi kami lebih dahulu yang menemukan kunci ini. Jadi sebagai penggantinya, kuberi tahu lokasi kunci ketiga berada. Bagaimana?”
“Apa kamu bilang? Kunci ketiga? Itu dimiliki oleh klan terkuat di dunia. Kami tidak tertarik!”
John menelan ludah. Sebelum dia bicara lagi, salah satu dari mereka sudah melesat kedepan. “Tidak perlu banyak bicara lagi. Kita akan merebutnya dengan paksa.”
Kris, Hamzah dan Ali segera mengambil posisi menyerang. Empat lawan sepuluh, benar-benar tidak sebanding. Lima orang diantara mereka mempunyai kekuatan elemental. Petir, batu, lava, angin dan air.
Bunyi berdentum terdengar terus menerus, tiada henti. Pedang beradu dengan pedang, laser dan anak panah beradu dengan elemental dan pukulan bertemu dengan pukulan.
***
Ali akhirnya mengeluarkan senjata lain, sebuah serangan lava. Dengan teknologi miliknya, anak itu bisa menyalin kondisi sekitarnya kapanpun dia mau.
Sementara John, melawan dua orang sekaligus. Mereka pengguna pedang bersinar. Pertarungan itu seakan-akan seperti malam hari, cahaya terus bertebaran.
Diantara mereka, Kris lah yang paling kerepotan. Anak panah miliknya tidak ada yang mengenai musuh, dinding batu selalu melindunginya. Dia akhirnya memakai ajaran gurunya. Membidik dengan tenang kemudian menahan anak panahnya selama tiga detik.
Musuhnya sempat lengah lima detik dan itu benar-benar berharga. Anak panah sudah melewati dinding batu dan benda lurus itu tepat sasaran.
Dalam radius lima meter, lingkungan sekitarnya menjadi beku. Sementara sang lawan sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, es telah membungkus setengah badannya. Tiga dari sepuluh sudah dikalahkan.
Sementara di sisi Hamzah, anak itu benar-benar pandai menghindari serangan musuhnya. Dia memberi nama kesunyian diantara awan untuk bela dirinya.
Empat musuh yang melawannya akhirnya kalah semua. Hamzah tidak memiliki luka yang serius, cuman sedikit lebam dibagian tangan. Tujuh sudah kalah dalam waktu dua puluh menit. Tiga yang tersisa ternyata petinggi markas Phoenix Biru.
Salah satu dari mereka akhirnya turun tangan juga. John menyerangnya terlebih dahulu. Si lawan hanya menangkap pedangnya dengan mudah kemudian melemparkannya ke tanah.
“Perkenalkan wahai orang-orang hebat, aku Ghazwan. Dan aku yang akan menaklukan kalian. Sampai kalian memutuskan berhenti membuktikan Legenda Biru.”
Kris menatap orang itu sengit. Jika dilihat-lihat, usianya mungkin lima belas tahun. Orang itu tiba-tiba muncul didepan Hamzah kemudian melanjutkan perkataannya, “Dilihat dari pertarungan tadi, kamu punya jurus menarik. Aku mau lihat ya?”
Pukulan itu terlalu cepat, Hamzah tidak sempat menangkisnya hingga akhirnya dia terhempas ke belakang. Anak itu kembali bangkit kemudian balas menyerang.
Hebatnya, serangan yang dilancarkan mereka berdua tidak menghasilkan suara kencang. Seakan-akan seperti pertarungan dalam senyap.
“Jurus apa yang kamu pakai? Mengapa suara yang dihasilkan pelan sekali?” tanya Hamzah penasaran
Ghazwan tersenyum kemudian berbisik, “Kamu tahu nama bela diri keindahan diantara bintang? Aku menguasai tujuh dari sebelas tekniknya.”
Hamzah terkejut. Nama itu menempati posisi ketiga dari tiga nama bela diri besar. Serangannya selalu diperpadukan dengan elemental tapi juga diharuskan setenang mungkin.
“Keindahan diantara bintang, teknik kedua : malam yang cerah”
“Kesunyian diantara awan, pembelokan jurus”
John, Kris dan Ali menatap pertarungan itu dengan tegang. Tiga anak itu tidak sadar kalau masih tersisa dua orang. Tapi mereka juga tidak menyerang, sedang menunggu hasil akhir.
“Teknik kesatu : Bintang bersinar”
“Awan hitam”
Lima belas menit berlalu, hasilnya masih seimbang. Dua orang itu juga mulai terengah-engah. Hasil akhir ditentukan dengan tiga serangan lagi.
“Hei, teknik bela dirimu lumayan hebat. Bisa membuat aku terengah-engah seperti ini, itu prestasi yang hebat tahu” kata Ghazwan
Hamzah hanya nyengir mendengarnya. Dia sudah mengambil posisi untuk menyerang, begitupun lawannya.
“Kesunyian diantara awan, badai yang berhembus”
“Kesunyian diantara bintang, ribuan cahaya”
Efek yang dihasilkan dari pukulan itu sekarang terdengar keras. Ghazwan mendengus begitu mengetahuinya. Sementara Hamzah tidak peduli.
Tersisa satu serangan lagi. Serangan menentukan siapa yang kalah dan menang. Sejak tadi, pertarungan cuman tinggal Hamzah melawan Ghazwan. Seakan semua orang sepakat hasil akhirnya dipertaruhkan disana.
“Kesunyian diantara bintang, teknik keenam : Cahaya biru”
“Teknik rahasia : Awan putih berangin”
Dua orang itu sama-sama dalam posisi berlutut. Hamzah mengalami luka berdarah dibagian tangan dan lebam di mata. Sedangkan Ghazwan mulutnya sedikit berdarah dan lebam di kedua tangannya.
“Meski perbedaannya sangat tipis, aku mengaku kalah” ujar Ghazwan
Semua orang yang ada disana terkejut mendengarnya. Apalagi Kris, Ali dan John. Ini adalah kemenangan besar pertama mereka. Kelompok dengan anggota sepuluh orang itu akhirnya pergi meninggalkan Kris dan teman-temannya.
Waktunya pergi ke lokasi ketiga. Sebuah pusaka klan terkuat di dunia.
***
“Apa? Mereka sudah mengambil dua dari lima? Cepat sekali” si orang bayangan mendengus diatas singgasananya
“Iya Tuan. Apalagi yang akan kita lakukan?”
“Kita tidak perlu terburu-buru. Kalau mereka berhasil mengambil tiga kunci, barulah kita melaksanakan rencana itu”
Bersambung ke : Legenda Biru (Vol 8)