“Babak ketiganya masih berlangsung! Kami masih bisa berdiri untuk mengalahkan kamu! Jadi jangan coba-coba untuk berkata seperti itu!” seru Kris sengit
Ghadi balas menatap sinis, “Meski fisikku terlihat seperti tiga puluh tahun, jangan lupakan kalau usiaku sudah dua ribu tahun. Hati-hati dengan ucapanmu.”
Dua puluh detik kemudian, pukulan sudah beradu dengan empat serangan. Kali ini empat anak itu berusaha untuk menyerang dengan kompak. Bila celah pertahanan salah satu dari mereka terbuka, yang lain datang untuk menutupi.
Jam yang Ali keluarkan dua puluh detik lalu mengarah ke angka satu. Empat jam lagi pertarungan harus diselesaikan.
Tebasan terus berkelebat kemana-mana, bunyi pukulan sahut-menyahut. Anak panah berserakan dimana-mana. Debu-debu pun beterbangan akibat serangan magma.
Nasib Karim dan Milo sudah membaik. Tapi mereka masih dalam kondisi pingsan. Jadi pertarungan harus dilanjutkan tanpa mereka.
***
Bunyi ledakan terdengar untuk yang kesekian kalinya. Ghadi mulai terengah-engah, meski usianya sudah ribuan tahun, dia tetap manusia biasa. Hanya karena permintaan waktu itulah yang membuatnya bertahan.
Perlambatan waktu kembali dikerahkan, tapi kecepatan cahaya John berhasil menembus batas. Dua detik saja terlambat masuk kedalam portal, tubuhnya sudah terbelah dua.
Sebuah gletser tiba-tiba saja mengurungnya. Kris berhasil menyerang tepat ketika Ghadi melangkah keluar dari portal. Tapi itu hanya bertahan empat detik.
Gletsernya langsung pecah dan seketika Ghadi sudah muncul di depan Kris. Anak itu terkejut, Dia secara tidak sadar melayangkan pukulan berlapis kekuatan galaksinya.
Ghadi terperanjat, kristal biru bening itu langsung menusuk mata kanannya. Dia berteriak kesakitan untuk yang kedua kalinya.
“Dasar pemanah menyebalkan! Beraninya kamu membuat satu mataku tidak bisa melihat lagi!”
Kris menyeringai melihatnya, pandangan itu seperti mengejek lawannya sekaligus pandangan meminta maaf tidak sengaja.
“Shadow menyebalkan! Kupikir setelah dua ribu tahun, dia sudah mati! Tapi ternyata orang itu berhasil menemukan tubuh yang sangat cocok. Bahkan anak ini sudah bisa melakukan pukulan kristal!” Ghadi menggeram ketika mengucapkannya
“Ini pertarungan, pertahananmu terbuka lebar.” kata Hamzah yang seketika muncul dari atas
“Tidak wahai si pemukul, kemungkinan pertahananku terbuka cuman tiga banding seribu. Kristal biru itu contohnya.” Mendadak, Ghadi balas muncul dari atas Hamzah. Menendangnya ke tanah.
“Tebasan aurora merah : Tombak magma”
John dan Ali muncul bersamaan menebas lengan kanan sang singa. Orang itu hanya meringis kesakitan, pertahanannya ternyata benar-benar terbuka.
“Ali, sejak kapan kamu punya tombak?” tanya Kris
“Barusan kok. Aku membentuk elemen magmanya menjadi sebuah tombak, makanya tadi aku belum menyerang lagi. Sedang fokus.” jelas anak itu nyengir
Ghadi lalu muncul diantara mereka, mengirimkan serangan tornado petir. Ali langsung menunjukkan teknologi lainnya, penyerap elemen. Sang singa tidak peduli melihatnya.
Dia melesat lagi untuk melakukan teknik lainnya. Tiba-tiba, John memotong gerakannya menebaskan benda tajam itu. Sontak, Ghadi memiringkan kepalanya tapi dia melihat kalau itu cuman tipuan.
Dari belakang John, anak dengan rambut yang selalu lurus sudah melesatkan dua anak panah. Dan keduanya mengarah kepada dirinya. Satu tepat mengenai pipinya membuat jejak dengan panjang tiga senti. Dan satunya meleset mengenai pohon.
“Pengecut! Menyerang dari belakang secara tiba-tiba itu pengecut!” teriak Ghadi geram
Empat anak itu tidak mempedulikan. John kemudian menebas lingkaran ke udara kosong, sebuah jejak langsung terlihat.
“Lingkaran tajam : Aurora di langit yang beku”
“Suhu dingin : Kristal Meteor”
Dua jurus dikirim bersamaan, Ghadi yang melihatnya langsung melakukan percepatan waktu. Sebelas detik kemudian, dua teknik itu dibelah menggunakan cakar sang singa.
Disana, tangan Ghadi sudah diselimuti lingkaran dengan simbol waktu. Orang itu mengubah fungsinya menjadi pisau. Sehingga dia bisa memotong tepat dibagian tengah sebuah jurus.
Kris dan teman-temannya terkejut, lawannya masih mempunyai teknik sehebat itu? Kalau begini, pertarungan baru bisa selesai ketika sore tiba.
Mereka saling berpandangan kemudian mengangguk, waktunya menekan si musuh sampai dia mengeluarkan teknik pamungkasnya. Teknik pamungkas yang membuatnya kelelahan.
***
Kris melesat bersiap untuk melakukan pukulan. Ghadi menangkisnya dengan mudah, lalu membalasnya dengan tendangan.
Sebelum mengenai sasarannya, Hamzah berteleportasi menahan tendangan itu. Dia menangkisnya kemudian melancarkan pukulan tepat di dagu. Lawannya memperlihatkan sorot kemarahan.
Belum selesai, serangan laser kuning beterbangan di udara. Ali juga muncul dari kanan si lawan. Dia sudah melakukan teknik kloning.
“Tombak magma : Segitiga merah!”
“Pedang aurora : Keindahan diantara bintang”
Dua serangan itu mengenai telak sasarannya. Ghadi terhempas enam meter, tapi dia tetap tidak mau terbaring ke tanah. Baginya itu mempunyai arti kekalahan.
“Ruang biru : Pisau waktu!”
“Tebasan naga : Aurora di langit yang beku”
Tiba-tiba, Kris sudah muncul dari belakang sang singa. Bersiap memukulkan busurnya ke kepala lawannya.
Ghadi yang tersibukkan oleh serangan John, langsung terlempar ke samping begitu busur itu mengenai kepalanya. Tapi dia berusaha untuk tidak terbaring.
“Laser kuning : Segitiga magma”
Lawannya berhasil menangkisnya menggunakan ruang hampa. Tapi itu serangan tipuan, Ali sudah berteleportasi tepat di depan mukanya.
“Tombak dua sisi : Magma yang membara”
Ghadi One berteriak kesakitan, itu merupakan teriakan ketiganya. Dia menggeram marah dan langsung berteleportasi kearah Ali. Pukulan petir biru dilayangkan, tapi berhasil ditahan dengan perisai.
Orang itu memilih melompat ke belakang kemudian berujar, “Anak-anak hebat, kalian akhirnya bisa mendesakku. Tapi aku belum melakukan teknik pamungkas bukan? Maka kuhadiahkan ini kepada kalian.”
Ali yang sudah bosan mendengar kata-katanya berteleportasi muncul dari belakang. Melepaskan serangan tombak magma. Ghadi meringis untuk yang kesekian kali. Akhirnya tanpa banyak bicara, dia mengucapkan mantranya.
“Ribuan bintang, bersinar di angkasa. Memperindah langit yang terhampar, menambah cahaya diantara gelapnya malam. Bintang Sirius, bersinar dengan terang.”
“Terbukalah! Sebuah teknik ilusi, Langit Berbintang!!”
Inilah dia, teknik tertinggi kepunyaan Ghadi Al-Chair. Teknik yang melumpuhkan si brilian dalam pertarungan sengitnya. Dan kami, harus melewatinya.
Bersambung ke : Legenda Biru (Vol 16)