Legenda Biru : Pertemuan Pertama (Vol 13)

“Itukan kunci perak kelima! Berarti kita bisa membuktikan Legenda Biru sekarang.” seru Kris

“Tapi kita sebaiknya keluar dulu dari ruangan ini. Terlalu sempit bukan?” ujar Milo

Semuanya mengangguk setuju. Karim pun mengajak kami ke sebuah lembah bernama Kijang. Begitu tiba disana, kelima kunci perak diletakkan secara berbaris.

Masih belum terjadi apa-apa, Kris mencoba berbagai susunan. Mulai dari lingkaran, segitiga bahkan persegi. Ali akhirnya turut membantu, anak itu mencoba menyusun kuncinya menjadi bentuk garis.

Satu menit masih lengang. Sebelum Kris mengubah susunannya lagi, kelima kunci perak itu bersinar. Tiga menit kemudian, sebuah kunci emas tercipta.

Hamzah, Kris dan semua orang menatapnya dengan kagum. Tanpa banyak bicara, Kris langsung mengambilnya. Dia bersorak menggerak-gerakkan kuncinya di udara. Tanpa disadari, gerakan itu membuka segel yang mengunci Biru.

Sebuah lingkaran berwarna biru muncul di udara. Dengan motif bintang pada garis pinggir, membuat lingkaran itu semakin menakjubkan.

Karim, Milo, Kris dan teman-temannya menatap dalam diam. Sepuluh menit, sebuah buku terjatuh dari sana. Hamzah mengambilnya dan berseru kencang, inilah benda yang memiliki nama Biru.

***

“Akhirnya… Biru terlepas dari segel Nebula. Buku yang mengabulkan lima permintaan. Dahulu, si brilian dan temannya mengucapkan dua. Lalu aku sudah mengucapkan satu ketika bertempur dengan ketua-ketua klan. Waktunya menggenapkannya.” kata si elemental pertama

“Berikan perintahmu, Tuan” ujar sang menteri

“Perintahku, jaga istana ini dengan baik. Aku sendiri yang akan mengambilnya. Kekuatanku cukup untuk melawan mereka-mereka itu.”

“Perintah segera dilaksanakan.”

Si elemental pertama turun dari singgasananya. Kemudian menyerahkan mahkota miliknya kepada menteri kepercayaannya. Orang itu langsung membuka portal menuju Lembah Kijang.

***

Angin malam berhembus dengan kencang. Bersamaan, sebuah portal besar muncul di hamparan yang luas. Enam orang yang sudah ada disana, menatapnya dengan heran.

“Wahai Biru, bagaimana kabarmu. Dingin sekali bukan disegel disana? Tenang saja, karena aku akan meletakkanmu diantara buku-buku milikku.” suara berat si elemental pertama langsung terdengar

“Kris, Hamzah, Ali, John lari! Dia si elemental pertama!” perintah Karim

Empat anak itu masih berdiri terdiam. Sedangkan Kris, memegang Biru dengan erat. Si elemental pertama mulai melangkah kearah mereka.

“Sepertinya Biru sedang dijaga? Baiklah, kita perkenalan terlebih dahulu. Aku sang elemental pertama, Ghadi Al-Chairil. Aku meminta benda berwarna coklat itu dengan baik-baik.”

Milo tiba-tiba membuka portal. Dan memerintahkan agar mereka semua masuk kesana. Tidak ada kesempatan menang melawan sang pemuncul elemental.

Masalahnya, Ghadi sudah mengunci ruang disekitar. Aturannya, tidak akan ada yang bisa masuk atau keluar dari lembah ini sebelum salah satu terkalahkan. Benar saja. Portal teleportasi yang dibuat Milo, titik akhirnya kembali ke Lembah Kijang.

Hamzah lalu memukul tanah kemudian berkata ke teman-temannya, “Kalau begitu ini bagus. Kita bisa mengakhiri kisah kekejaman Ghadi One untuk selama-lamanya.”

“Ghadi One?”

“Iya. Dia kan sang pengguna elemental pertama. Dan namanya Ghadi, jadi supaya lebih mudah kita panggil Ghadi One.” jelas Hamzah nyengir

Tiga temannya hampir tertawa jika tidak melihat situasi. Lihatlah, orang yang dibicarakan mendengus kesal. Dua detik kemudian, dia sudah melesat.

Milo mengirimkan serangan batu. Tapi tidak sampai sedetik, batu-batu itu sudah hancur. Ali kemudian menyerang menggunakan magma. Dua detik, elemen itu sudah mengeras.

Ghadi sampai di tempat mereka dan langsung melepas pukulan ke udara. Meski begitu, efeknya langsung menyebar ke sekitar. Enam orang itu langsung terhempas belasan meter.

Sang singa pertama tidak mempedulikan yang lain. Dia langsung berteleportasi kearah Kris, bersiap merebut Biru.

Anak itu berusaha menahan lawannya, dia mengirim puluhan anak panah berlapis gletser. Tapi jangankan meleset, anak panahnya patah duluan di udara. Kris meringis kesakitan, pukulan lawan mengenai badannya dengan keras.

Sebelum Ghadi memukul lagi, Milo sudah berteleportasi meraih badan Kris. Si elemental meraung melihat targetnya berpindah tempat. Orang itu lalu mengirim serangan petir jarak jauh.

Hamzah mencoba mengendalikannya seperti kejadian sebelumnya. Petir itu berhasil dikembalikan kearah lawannya. Ghadi hanya menggeser posisi berdirinya, membuat elemen itu meleset mengenai pohon.

Kali ini John yang menyerang, dia mengirim serangan cahaya biru. Lawannya malah menyambut gempuran itu dengan badannya. Dua detik kemudian, cahaya birunya sudah menghilang.

Singkatnya semua serangan kami tidak berguna sama sekali.

***

Enam orang itu mulai kelelahan. Sedangkan Ghadi masih berdiri tegak, semua serangan yang diarahkan padanya hanya menghasilkan debu.

Kali ini dia melesat, sudah cukup bermainnya. Pertama, orang itu memukul Karim serta Milo. Orang terkuat diantara kami. Sementara John, Hamzah dan Ali menyusul. Tersisa Kris.

Jaraknya tersisa dua puluh langkah, anak itu mencoba mengirim serangan garis gletser menggunakan tangannya. Ghadi Al-Chair menahannya dengan tangan dan tidak sampai sedetik, gletsernya mencair.

“Pukulan suhu dingin”

Kris langsung terhempas ke arah pepohonan. Buku dengan sampul coklat seketika terjatuh diantara rumput. Si elemental pertama mengambilnya kemudian berteriak.

“KALIAN! Bukan lawanku!!”

Orang itu lalu membuka Biru secara perlahan. Hingga tiba di halaman yang membahas segel kuno. Segel Nebula Merah.

“Wahai buku legenda, aku memintamu untuk membuka segel Nebula Merah. Tujuanku untuk mengendalikan para makhluk disana kemudian menjadi orang terkuat yang tiada bandingnya.”

Buku itu mulai bersinar. Sebelas menit kemudian sebuah suara terdengar, “Permintaan telah dikabulkan, sebutkan satu permintaan lagi.

Bersamaan dengan itu, tanah yang dipijak tiba-tiba bergetar. Ghadi menyeringai, fenomena pembukaan segel kuno sedang terjadi di kutub. Tapi tidak lama kemudian, getarannya berhenti.

Orang itu menatap dengan heran, seharusnya raungan yang keras sudah terdengar dari sini. Atau setidaknya, tanahnya masih bergetar hingga 20 menit kedepan.

Dia mendengus dan menduga kalau segel itu mungkin terlalu kuat. Hingga akhirnya Biru hanya bisa membuka celah yang sangat kecil. Waktunya mengucapkan permintaan terakhir.

“Suhu beku minus seribu derajat” sebuah suara terdengar

Si elemental pertama menoleh, Kris sudah berdiri dengan jarak sepuluh meter. Begitu dia bersiap untuk mengucapkan permintaan terakhir, sebuah cahaya hijau melintas di depannya.

John kemudian melempar buku itu ke Kris. Dia lah yang mengambil buku itu. Bersamaan, Hamzah muncul dari atas si elemental pertama.

“Pukulan naga”

Ghadi menghindarinya dengan mudah. Kemudian secara mendadak, cairan magma menghujaninya. Dia tidak bisa menghindar meski itu tetap tidak berdampak. Kris, Hamzah, Ali dan John sudah berdiri bersebelahan.

“Waktunya pertempuran babak kedua. Ghadi One” kata Hamzah

Ghadi menyeringai, “Tentu saja. Aku sudah bosan menunggu kalian bangun.”

***

John berteleportasi, bersiap menebaskan pedangnya. Lawannya bisa membaca ‘ruang’, tepat ketika anak itu muncul dia sudah memukul dengan pukulan petir.

Pedangnya langsung terlempar karena mencoba menahan serangan. Tapi John tidak mau berhenti, kali ini dia memakai tangannya.

“Pukulan aurora!”

Asap langsung menutupi tubuh Ghadi. Tiga detik kemudian, John sudah terhempas ke tanah. Serangan tadi berhasil ditahan menggunakan tangannya.

“Lingkaran magma basaltik!”

“Suhu tiga ribu derajat”

Kris dan Ali kembali melakukan jurus kombinasi. Karena elemental mereka sudah tingkat keempat semua, jurus perpaduannya menjadi lebih mudah.

Ghadi memilih menghindar. Meski fisiknya kuat, panas tiga ribu derajat tetap tidak bisa ditangani dengan mudah. Hamzah kemudian muncul dari bawah lawannya. Tapi berhasil ditangkis.

John menyusul menggunakan serangan aurora, tetap belum berhasil. Kris kemudian melanjutkannya dengan suhu beku minus dua ribu derajat. Ali mengambil alih jeda waktu dengan laser magma.

Ghadi One akhirnya terkena salah satu serangan itu. Milik John berhasil mengenai dagu lawannya, membuatnya terlempar sepuluh meter. Orang itu berteriak marah, dia hendak memperlihatkan kekuatan aslinya.

Dalam tiga detik, kami sudah tersungkur lagi ke tanah. Si elemental pertama tertawa puas. Kemudian dia mulai menjelaskan kisah masa lalunya, “Bocah, dahulu kekuatan pertamaku adalah petir. Orang-orang menatapku takjub, tidak seperti si malang yang nasib awalnya malah dianggap aneh. Mereka mulai meminta untuk diajarkan.”

“Tapi orang-orang malah menganggapnya sulit. Sementara itu, penemuan si manusia malang malah terkenal. Aku kecewa melihatnya, sesusah itukah menguasai elemental? Sampai akhirnya aku membaca sebuah buku yang membahas kekuatan kuno. Manipulasi ruang dan waktu. Setelah tiga tahun mempelajari kekuatan itu, aku mendapat teman. Dia minta diajari penggunaan elemental, ini kesempatan yang bagus untuk menunjukkan kepada dunia.”

“Akhirnya orang-orang yang memakai elemental, sudah sebanyak para pengguna teknologi. Sampai dimana pertempuran legendaris itu tiba, dengan kekuatan waktu dan teknik ilusi, aku memenangkannya. Tapi di pertarungan lautan api, aku bisa dibilang terkalahkan. Temanku itu gugur di tangan ketua Panah Biru.”

Kris menatap Ghadi sengit mendengar klannya disebut-sebut.

“Hingga akhirnya, sepuluh tahun lalu aku bisa membalaskan kematian temanku. Klan Panah Biru termusnahkan dari alam semesta. Melalui tangan klan terkuat kedua saat ini, klan Phoenix Kuning.”

Empat anak itu saling berpandangan, klan Phoenix Kuning?

“Nah, karena kekuatan kalian sudah mencapai tingkat keempat, aku harus menghabisi kalian. Rencanaku bisa ternganggu tahu.”

Dia sudah melesat kearah Ali, tapi secara tiba-tiba anak itu sudah berada disebelah Kris. Hamzah juga berada disana, sedangkan John terlihat sedang menyembuhkan teman-temannya.

“Skill penyembuhan? Sejak kapan!” seru Ghadi

“Sejak pertarungan dengan komandan kesatu pasukan elit itu. Aku mendapatkannya melalui tingkat ketiga elemental cahaya”

Tiga menit kemudian, empat anak itu kembali berdiri bersebelahan. Bersiap untuk babak ketiga.

 

Bersambung ke : Legenda Biru (Vol 14)

Scroll to Top