Imam Bukhari, Pemimpin Hadis Terbaik

Imam Bukhari

Bukhara, sebuah tempat yang kini berada di Uzbekistan. Menjadi nisbat kepada seorang ulama hadits terbaik dan terkuat jalur haditsnya ke Rasulullah saw.  Imam Bukhari, ya begitulah kita kenal.

Dirinya dididik dalam keluarga yang taat beragama. Ayahnya seorang yang wara’ dan berhati-hati dengan hal bersifat syubhat (ragu-ragu). Ayahnya bermazhab Maliki sekaligus muridnya.

Oiya, Imam Bukhari adalah orang yang bertubuh tegap, tidak tinggi dan tidak pendek. Ia punya akhlak mulia, teguh berprinsip, dan pantang menyerah dalam menuntut ilmu.

Makin penasaran? Langsung aja, simak kisah Imam Bukhari. Dari masa kecilnya sampai menjadi ulama hadis termasyhur lintas zaman.

Biografi Imam Bukhari

Lahir pada tanggal 13 Syawal 194 hijriah (21 Juli 810 masehi). Sang ayah, memberinya nama Muhammad. Dan panggilan kehormatannya Abu Abdillah. Jadilah beliau bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah al-Bukhari.

Singkat cerita, ayahnya wafat. Beliau dididik oleh ibunya, dan disekolahkan pada guru-guru yang ada disana. Hingga umur 10 tahun, al-Bukhari belajar dalam kondisi buta. Meski begitu Allah mengaruniakan padanya otak yang cerdas. Gurunya kagum melihat kegigihan al-Bukhari.

Pada suatu kesempatan, ibunya kembali bermunajat kepada Yang Maha Kuasa. Memohon kesembuhan mata anaknya. Malamnya, sang ibu bermimpi didatangi Nabi Ibrahim as. Beliau berkata, “Janganlah engkau bersedih, perempuan. Sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu karena banyaknya engkau berdoa,” Paginya ketika sang ibu terbangun, ia melihat sendiri kedua mata putranya berfungsi dengan baik.

Al-Bukhari tidak terlena dengan nikmat yang Allah karuniakan. Ia belajar hingga ke Baghdad, Kufah, Mesir, Hijaz, Basra, Syam bahkan sampai Asia Barat. Ia juga berguru pada Syekh Ad-Dakhili, ulama hadis terkenal di wilayah Bukhara.

Dari wilayah-wilayah yang didatanginya, Al-Bukhari menghafal hadis dari 80.000 perawi berbeda. Mengambil dari sebuah sumber, jumlah totalnya mencapai enam ratus ribu hadis. Allahu Akbar.

Tidak mau disimpan sendiri, mulailah al-Bukhari menyusun satu kitab. Bersama dengan gurunya Syekh Ishaq, mereka memisahkan hadis-hadis itu. Mana yang riwayatnya bersambung ke Rasulullah, apakah periwayatnya terpercaya, dan sebagainya.

Setelah perjuangan keras, terkumpul 9082 hadis. Jumlah itu disatukan dalam sebuah kitab berjudul Al-Jami’Ash-Shahih, atau kita kenal Shahih Bukhari.

Imam Bukhari

Goresan-Goresan Tinta Imam Bukhari 

Sejarah mencatat beberapa goresan tinta yang beliau buat. Diantaranya ada,

  • Al-Jami’Ash-Shahih = Shahih Bukhari
  • Al-Adab al-Mufrad
    Sebuah kitab hadis yang membahas akhlak seorang muslim. Seperti berbakti pada orangtua, memuji orang lain, adab-adab bertamu, menyambung silaturrahim, dan sebagainya. Imam Bukhari juga menuliskan beberapa perkataan sahabat Rasulullah saw, dan para tabi’in.
  • Adh-Dhu’afa ash-Shaghir
  • At-Tarikh ash-Shaghir
  • At-Tarikh al-Ausath
  • At-Tarikh al-Kabir
  • At-Tafsir al-Kabir
  • Al-Musnad al-Kabir
  • Kazaya Shahabah wa Tabi’in
  • Kitab al-Ilal
  • Raf’ul Yadain fi ash-Shalah
  • Asami ash-Shahabah
  • Al-Hibah
  • Khalq Af’al al-Ibad
  • Al-Qira’ah Khalf al-Imam

Murid-Murid Imam Bukhari

Karena kemasyhuran kitab beliau yang pertama, berdatangan orang-orang dari berbagai penjuru. Tujuan mereka satu, berguru kepadanya.

Yang paling terkenal ialah Muslim bin Hajjaj (siapa, sih? Lain kali kita bahas). Selain itu ada Abu Abdul Rahman an-Nasa’i, Abu Hatim, Abu Zur’ah al-Raziyani, Abu Ishaq Ibrahim bin Ishaq, Yahya bin Muhammad bin Said, dan Abu Isa al-Tirmidzi.

Bocoran sedikit, mereka semua kelak menyandang gelar al-Hafidz dalam bidang hadis! Masya Allah, Allahu Akbar.

Cobaan untuk Imam Bukhari

Suatu ketika, beliau berkunjung ke Naisabur. Sebuah wilayah di Khurasan. Disana ia disambut meriah. Termasuk oleh seorang ulama besar, guru Imam Bukhari bernama Az-Zihli.

Namun tak lama setelah kedatangannya, tersebar satu fitnah. Fitnah itu menuduh al-Bukhari berkata “Al-Quran adalah makhluk”. Hal ini membuat sang guru marah dan membencinya. Az-Zihli berujar, “Barang siapa berpendapat Al-Quran adalah makhluk, maka dia ahli bid’ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Barang siapa masih mengunjunginya, curigailah orang itu.”

Ultimatum itu membuat orang-orang menjauhi sang imam hadis. Namun kenyataannya, al-Bukhari tidak pernah berkata demikian. Sumbernya bermula ketika ada orang bertanya, “Bagaimana pendapat Anda tentang Al-Quran? Makhluk atau bukan?”

Sampai tiga kali, sang imam hadis tidak mau menjawabnya. Tapi orang itu mendesak, akhirnya keluar jawaban, “Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah ialah bid’ah.”

Karena fitnah itu masih tersebar, Imam Bukhari memutuskan pergi dari Naisabur. Ia lebih memilih damai daripada urusannya menjadi lebar. Di sebuah kesempatan, ia berkata, “Barang siapa menuduhku berkata Al-Quran adalah makhluk, maka dia pendusta.”

Wafatnya Sang Ulama Hadis

Setelah peristiwa fitnah itu, al-Bukhari pergi ke Samarkand. Sebuah negara tetangga Uzbekistan. Disana ia menetap dan mengunjungi beberapa keluarga besarnya. Takdir Allah membuatnya jatuh sakit selama beberapa hari.

Hingga akhirnya Imam Bukhari pergi untuk selama-lamanya menikmati seluruh pahalanya. Pada malam Idul Fitri ketika usianya 60 tahun. 1 Syawal 286 hijriyah atau 1 September 870 masehi.

Sebelum menutup artikel ini, marilah kita berdoa semoga beliau diridhai amal-amalnya. Dan dikumpulkan bersama Rasulullah saw di surga.

Amiin

Baca Juga : Filsuf Muslim Terbaik & Jenius Matematika dari Masa Lalu

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top