Ending : Dentingan (Vol 8)

Dua makhluk itu sedang mengangkasa, mencari lokasi lawannya lewat langit. Sementara itu, Kris dan teman-temannya masih makan siang. Benar-benar kondisi yang berbeda.

“Ghazi, paman penjaga itu namanya siapa, sih?” tanya Ali

“Gak tau, dulu aku pas nanya namanya cuman dijawab ‘panggil paman aja’ aneh kan.” jawab anak bertubuh pendek itu

“Jangan-jangan dia petarung hebat.” timpal Hamzah sambil nyengir

“Masa sih, paman itu biasanya selalu berada di tempat penelitiannya. Tidak pernah pergi ke manapun. Pasti dia cuman seorang peneliti.” sangkal Ghazi

Kris dan tiga temannya mengelus dagu. Mungkin memang benar seperti itu. Lagi pula Ghazi sudah lebih lama mengetahui paman misterius itu.

Start tiba-tiba menghampiri, untuk segera menghabiskan makanannnya. Karena lima menit setelah itu, mereka langsung pergi menyerbu lawan.

Setelah selesai berkemas, Kris mengeluarkan kendaraan layangan. Menurut Start, bila menggunakan teknik portal terlalu beresiko. Dari lokasi yang terbaca, perjalanan membutuhkan waktu dua puluh lima menit.

Tapi di menit kesepuluh penerbangan, secara tiba-tiba muncul serangan seperti laser. Ali langsung membelokkan setir ke kiri. Ghazi melihat ke belakang, rupanya kami langsung bertemu.

***

“Hahaha, kebetulan sekali bisa bertemu disini. Serahkan kepingan ketiga itu dan aku tidak akan mengejar kalian” seru Ending

Ali meraih microphone yang ada di dekat setir dan menjawab, “Kalau begitu aku pinjam dulu kepingan kesatunya. Boleh tidak?”

“Yang benar saja bocah, kamu pasti mau mengambilnya kan!?” teriak Ghadi

“Tidak, aku benar-benar ingin meminjamnya. Sebentar saja oke?” pinta Ali

Si elemental pertama mendengus. Dia mengambil kepingan pertamanya dan mengirimnya lewat portal. Ali langsung memasukkannya ke kotak hitam. Dua puluh detik kemudian, anak itu mengembalikannya. Bersama dengan kepingan ketiga.

“Ali! Apa yang kamu lakukan! Kenapa malah memberikannya!” teriak Ghazi

Orangnya hanya nyengir, merasa tidak bersalah. Dia malah kembali mengendalikan setirnya. Start menyuruh agar menembak serangan balasan, sebelum dua orang itu melakukan hal lain.

Tapi sudah terlambat, tiga kepingan replika itu sudah menyatu. Sinarnya masih menutupi wujud aslinya. Tiga puluh detik kemudian, benda itu terbentuk.

Sebuah pedang yang cukup panjang. Gagangnya berwarna keemasan dan terdapat batu-batu hiasan. Ghadi dan Ending kini memperlihatkan senyum jahatnya.

“Ali! Segera daratkan kendaraan ini! Berbahaya melakukan pertarungan di langit!” perintah Start tegas

Sepuluh detik sebelum mendarat sempurna, Ghadi sudah tiba diatas kendaraan. Dia mengangkat pedangnya. Karena terkena sinar matahari, bilahnya menjadi terang.

“Rasakanlah, kehebatan pedang ini! Pedang Al-Ma’thar!!” teriaknya

Sepersekian detik sebelum terkena, Ali mengaktifkan tombol evakuasi. Kami semua terlompat keluar. Bersamaan, layangan itu kini terbelah dua. Suara ledakan berdentum. Kami yang belum mendarat sempurna kembali terhempas.

Start langsung bangun, dia mengelap mulutnya yang terkena tanah. Lawannya kini berdiri bersebelahan dengan melayangkan jurus yang mau dikeluarkan.

“Maju!!” teriak Start

Kini kami berenam tidak membagi musuhnya, karena semuanya sama-sama berat. Ali melancarkan serangan magma panas. John berteleportasi ke belakang Ghadi, menebaskan pedangnya. Namun itu berhasil ditahan.

Kris melesatkan anak panah berlapis gletser dan kristal. Membuat kristalnya jadi semakin biru. Ending menangkisnya dengan elemental angin.

Ghadi melakukan serangan balik, dia menyabetkan pedangnya membentuk lingkaran. Ali langsung mengaktifkan kubah perisai.

Start muncul dari atas si manusia naga. Melepaskan pukulan berlapis lingkaran kuning bersinar. Yang di target, seketika berubah wujud. Master S yang terkejut langsung terhempas karena perubahan mendadak itu.

“Raungan cahaya!”

Pohon-pohon di sekitar kami langsung hancur. Menciptakan sebuah lapangan yang sangat luas, cuman menyisakan rumput serta perisai kubah biru.

“Hahaha lihatlah, sangat mencolok bukan kawan” ejek Ending

Hamzah, Start dan John menghilang. Lalu muncul bersamaan di atas kepala sang naga. Ghadi langsung menyusul berusaha melindungi rekannya.

“Serangan kombinasi : Bintang Garuda!!” teriak mereka bersama

Ending yang terlambat menyadarinya, langsung jatuh berdebum ke tanah. Sementara itu, elemental pertama hanya berhasil menghempaskan Start. Dia keburu terkena tendangan Hamzah lalu terlempar cukup jauh.

Makhluk besar itu kini mengecil, kembali ke wujud asli. Lalu berteleportasi ke samping dua anak itu, mengirim tendangan. Mereka berdua terlambat menghindar, akhirnya langsung terlempar.

Tiba-tiba, di dekat kaki si manusia naga terdapat sebuah anak panah. Orang itu merasa aneh dan menjauhinya. Tapi dia jalannya kurang cepat, benda itu sudah meledak.

Ghazi nyengir melihatnya lalu mengedipkan matanya ke arah teman pemanahnya. Menunjukkan ekspresi, hebat kan anak panah milikku. Kris balas tersenyum dan mengangkat jari jempolnya.

“Pengecut! Menggunakan jebakan itu pengecut!” Ending menggeram. Dia mengelap mulutnya yang penuh dengan debu.

Ghazi tertawa, dia tidak mempedulikan ejekan lawannya. Anak itu kembali menarik tali busurnya, dan melesatkannya. Si manusia naga kini masih sempat menghindarinya.

“Naga petir : Hantaman langit!”

Si pemanah langsung terhempas sepuluh meter dari tempatnya berdiri. Di tangannya muncul goresan yang cukup panjang.

“Anak bernama Hamzah itu hebat juga. Dia bisa melempar aku sejauh tadi.” ujar Ghadi. Tiba-tiba, dari depan mereka muncul Start. Dia mengirim serangannya dengan cepat. Ending dan Ghadi langsung membuat perisai. Tapi mereka tetap terdorong tujuh meter.

“Kegelapan galaksi”

Mendadak, cahaya di sekitar kami menghilang. Bahkan mataharinya juga tidak terlihat. Hamzah dan Ali yang sudah tiba di tempat Kris, memberikan kacamata anti gelapnya.

“John kembali menggunakan jurus pengendalian cahayanya.” Ali memberi tahu

Dari kiri tiga anak itu, lewat sebuah sinar yang melesat cepat. Si elemental pertama langsung mengayunkan pedangnya, untuk berjaga-jaga. Tapi itu hilang mendadak, lalu muncul kembali dari atas lawannya.

“Siluet naga : Kegelapan langit”

Ghadi Al-Chair langsung bereaksi dengan cepat, “Al-Ma’thur : Tebasan udara”

Suara berdentum terdengar. Dua pedang itu masih utuh meski efeknya cukup dahsyat. Mereka kembali mengayunkan pedangnya, berusaha untuk mengenai lawan.

Sementara John dan Ghadi sibuk dengan pertarungan pedang. Start, Kris dan yang lainnya melawan si manusia naga. Perlawanannya cukup sengit, karena dia berubah ke wujud naga. Supaya bisa melihat dalam gelap.

“Busur gletser : Ombak raksasa”

“Ledakan : Letusan maksimum”

“Laser biru : Magma kematian”

“Kesunyian diantara awan : Tendangan ksatria!”

“Bulan sabit”

Lima serangan itu mengenai telak kulit lawannya. Tapi reaksi yang muncul hanya memutar kepalanya karena sedikit pegal.

“Serangan kalian kurang dahsyat. Tidak bisa menembus sisik nagaku! Seharusnya itu seperti ini!”

“Hantaman cahaya : Kemarahan naga!!”

Meski itu diarahkan ke bawah, kami yang melayang juga terkena efeknya. Lima orang itu jatuh dengan keras ke tanah. Menyisakan bunyi dentingan pedang yang menari-nari.

Bilah milik dua orang itu berdenting lagi. Walau sudah memakai jurus, masih belum ada yang kalah. John berteleportasi ke atas lawannya setinggi lima belas meter. Mengarahkan pedangnya ke bawah.

Ghadi memiringkan pedangnya, dia berhasil menahan tusukan itu. Meski kakinya sampai melesak empat meter ke tanah.

“Pedang aurora : Siluet ksatria!”

“Al-Ma’thar : Petir biru!”

Diantara kegelapan, dua orang itu mendentingkan bilahnya. Sambil menghindari sabetan lawannya, mengurangi luka fatal. John merundukkan badan, berkelit dari tusukan cepat. Ghadi pun melangkahkan kaki kirinya ke kanan.

“Al-Ma’thar : Kristal bersinar!”

“Aurora hijau : Siluet naga cahaya!”

Bunyi letupan yang cukup keras langsung datang. John dan Ghadi memundurkan langkah, membuat jarak.

Bersama, mereka berteleportasi tepat di bagian tengah dari jarak itu. John dari atas mengangkat pedangnya dengan tinggi. Sedangkan Ghadi mengayunkan bilahnya dari bawah dan kepalanya menatap ke atas.

“Naga hijau : Ksatria aurora!!”

“Al-Ma’thar : Petir biru penghancur kosmos!!”

Dua orang itu kini bertukar posisi. John dengan posisi membungkuk dan Ghadi seperti mau terbang dengan mengangkat satu kakinya.

Ledakan menyambut mereka. Antara dua bilah yang sama-sama kokoh, siapakah yang memenangkannya?

 

Bersambung ke : Ending (Vol 9)

Scroll to Top