Ending : Persiapan (Vol 5)

“Terbukalah, teknik tingkat tinggi. Tirai Petir!”

Dalam sekejap, elemental itu terbentuk seperti tirai. Kemudian bergerak secara perlahan, menciptakan bunyi gemuruh yang keras.

John akhirnya memilih untuk mengembalikan cahaya. Meski memakai kacamata anti gelap, mereka tetap kurang bisa menghindari jurus itu dengan mudah. Efek yang tercipta bukan suara gemuruh saja. Pasir-pasir membumbung tinggi, seperti badai.

Tiga sekawan itu mencoba menghindarinya. Tetapi, badai pasir menghalangi pandangan mereka. Enam menit kemudian, yang masih berdiri cuman John.

Anak itu menggaruk matanya, beberapa butiran pasir sudah membuat matanya perih. Disana, si elemental pertama memperlihatkan ekspresi menyeringai.

Hamzah dan Ali terbaring dengan pakaian yang kotor. Mereka sampai pingsan terkena jurus tirai petir. John berhasil selamat karena berteleportasi terus-menerus selama enam menit. Sampai akhirnya jurus itu dihentikan.

“Menyerah saja. Kamu tidak bisa mengalahkanku dengan kondisi seperti itu.” kata Ghadi

“Sejak kekalahan pertamaku, tidak pernah aku memutuskan untuk menyerah lagi!”

Dalam sekejap, John muncul dari atas lawannya. Dia telah menggunakan pedang yang di dapat dari segel Nebula Merah.

“Siluet naga : Raungan Cahaya!”

Suara ledakan langsung menyahut. Pasir beterbangan, menutupi hasilnya. Ending, Start dan Kris yang penasaran mencoba menunggu.

Pasir yang beterbangan akhirnya pergi. Disana, Ghadi terduduk dan John berdiri meletakkan senjatanya di bahu. Jawabannya sudah jelas.

Ending menggeram, dia melesat ke arah Ghadi lalu merangkul tubuhnya. Start yang menyadarinya, langsung mengejar lawannya.

“Kamu tidak bisa kabur Ending! Orang yang seperti itu hanyalah pengecut!”

“Sampai ketemu Start. Berdoalah agar di pertempuran kedua kamu selamat.” balasnya terkekeh

Dalam sekejap, dua makhluk itu menghilang. Ghadi lah yang susah payah membukakan portal untuk kabur. Bahunya masih berdarah akibat tebasan tadi.

Sementara itu, tiga orang yang tersisa memandanginya dalam diam. Mereka akhirnya memilih kembali ke markas.

***

“Lemah! Baru segitu saja sudah kalah!” suara Ending menggema, membuat bentakan itu semakin keras. Ghadi tidak mempedulikannya, dia memilih untuk mengobati lukanya dulu.

Setelah selesai, orang itu langsung bertanya, “Jadi apa rencana kita sekarang?”

Si manusia naga mendengus. Orang itu hanya berputar-putar mencari ide, kekuatan yang bisa menandingi Start. Dua puluh menit yang sunyi, Ghadi menjentikkan jarinya.

“Apakah kamu menemukannya?”

“Iya, dan mari kita cari sekarang juga.” jawab Ghadi mengedipkan matanya

Jauh dari sana, Start, Kris serta teman-temannya sedang berdiskusi. Mencoba menebak langkah apa yang mau dilakukan lawannya.

“Senjata yang bisa menandingi master? Apa benda seperti itu memang ada?” tanya Hamzah

“Bahkan benda itu bisa menghancurkan seluruh klan paralel.” jawab Start. Kris dan teman-temannya langsung mengerutkan kening.

“Kalian tahu, di negeri ini ada banyak sekali klan. Mereka membangun peradaban sendiri. Sebagian besar adalah para ilmuwan yang tersingkirkan karena kesombongan pengguna elemental.”

“Iya, itu semua sejak kemunculan kekuatan elemental. Para ilmuwan tidak mau pergi ke luar negeri. Mereka akhirnya berusaha mati-matian membuat klan dari alam sekitar. 50 tahun tanpa hasil, hingga hari itu tiba.”

“Seseorang berhasil membentuk peradaban dalam angin. Portal masuk pun dibuat. Efek dari perbuatan itu, klan mereka kurang mudah dicari. Namanya adalah klan Badai.”

“Setelah tiga tahun membiasakan diri, para ilmuwan akhirnya bebas berkreasi. Mereka mencoba membuat senjata terhebat. Empat tahun kemudian, benda itu selesai. Tapi setelah di uji coba, kekuatannya terlalu hebat. Akhirnya disimpan dan memilih membuat replikanya.”

“Replika itu memiliki setengah kekuatan dari senjata aslinya. Para ilmuwan pun memecahnya menjadi tiga. Dan disebar ke berbagai tempat di negeri ini. Mungkin itulah yang lawan kita cari.” jelas Start panjang lebar

Kris dan teman-temannya melongo mendengar cerita itu. Peradaban yang dibentuk dalam angin, berarti teknologinya secanggih apa?

“Berarti kalau lawan kita mendapatkannya, itu sangat berbahaya Master Start” celetuk Ali

“Tapi kalau mereka hanya mencari replikanya, setidaknya aku bisa menanganinya. Sekarang, kita latihan dulu. Kalau kalian lemah, lawan kita bisa menang loh.”

Empat sekawan itu bangkit dari duduknya dan mengangkat tangannya. Meneriakkan kata semangat. Sementara itu, Ghadi dan Ending sudah tenggelam dalam pertarungan.

Mereka melawan para robot penjaga yang kecanggihannya tinggi. Meski si manusia naga menyemburkan raungan cahaya, benda-benda itu tidak rusak sama sekali.

Ghadi mencoba berteleportasi menggunakan kekuatan ruang. Langsung menuju bagian belakang si robot. Benda yang dicari ada di belakang para penjaga. Tapi ketika keluar, dia malah kembali ke tempat asalnya.

“Di tempat ini, tidak ada yang bisa berteleportasi. Karena aku secara otomatis akan mementalkan kalian begitu mendarat.” jelas salah satu robot. Dua orang itu menghembuskan napas. Kalau begitu, mereka harus bertempur sampai mati.

Ending kembali berubah ke wujud naga, dia menubruk lawannya. Para robot mengaktifkan dinding perisai yang cukup tinggi. Ghadi melesat melancarkan pukulan petir biru. Perisainya sempat bergetar, tapi efeknya tidak lebih dari itu.

Mereka berdua akhirnya melakukan serangan serempak. Si manusia naga menyemburkan raungan cahaya, dilanjutkan dengan serangan angin. Dan Ghadi membentuk tirai petir serta pukulan petir biru.

Dinding itu lagi-lagi bergetar, tapi sekarang ada retakan. Tiga buah robot itu kini memperlihatkan gerakan waspada. Mata milik mereka memperlihatkan tanda seru berwarna merah.

“Replika dinding Klan Badai telah retak. Ancaman terdeteksi, mengaktifkan serangan laser mode serius.”

Tiga benda itu mematikan sistem dindingnya. Kemudian langsung melesat menembakkan laser dari matanya. Ending sampai menyipitkan matanya, serangan-serangan itu bisa menembus kulitnya.

Makhluk besar itu akhirnya mengecilkan diri, dia kembali ke wujud asli. Ghadi dan Ending berusaha menghindari tembakan laser.

Si elemental pertama mencoba menggunakan percepatan waktu untuk dirinya sendiri. Serangan petir birunya akhirnya menjadi cepat, dalam sekejap suara ledakan terdengar.

Asap mengepul dari salah satu robot. Benda itu sudah terkapar tidak bergerak. Bahkan tubuh bagian tengahnya memperlihatkan mesinnya. Si manusia naga menyeringai, dan mengangkat jari jempolnya.

Dua robot yang tersisa saling berpandangan, mata mereka mendadak menjadi hijau. “Mode penggabungan telah diaktifkan.”

Dalam sekejap, tinggi tubuhnya menjadi sebelas meter. Dengan kepala kotak berwarna merah. Dan menggunakan armor putih. Matanya pun menyala terang.

“Robot A-Storm, bersiap menembakkan tornado.”

Tanpa banyak bicara lagi, dari belakang benda itu terbentuk tiga buah tornado. Si manusia naga reflek merubah wujudnya. Sedangkan Ghadi berlindung dibalik rekannya.

Sepuluh menit berlalu, tornado itu masih menyerang. Si elemental pertama akhirnya keluar dari persembunyiannya. Membuka sebuah ruang hampa, mencoba memasukkan serangan itu. Tapi itu tidak berefek. Pilarnya masih berputar dengan ganas, bersiap menarik siapa saja.

“Robot yang tangguh! Kalau begitu, aku akan mengeluarkan teknik tertinggi milikku!” teriak Ghadi

“Menyebalkan! Kenapa tidak kamu gunakan sejak tadi” seru manusia naga

“Perlu kamu ketahui, teknikku ini cuman bisa sekali pakai. Jadi aku menggunakannya sebagai jurus andalan!”

Tapi robot besar itu tidak mempedulikan ucapan lawannya. Dia malah menambah tornadonya. Ghadi akhirnya tanpa banyak bicara mengucapkan mantra pemulai.

Ribuan bintang, bersinar di angkasa. Memperindah langit yang terhampar, menambah cahaya diantara gelapnya malam. Bintang Sirius, bersinar dengan terang.

“Lima menit, dengan pengecualian si manusia naga : Teknik ilusi, Langit Berbintang!!”

A-Storm menghilang seketika, mereka sudah masuk ke dalam dunia ilusi. Kalau benda itu tidak bisa keluar dalam waktu lima menit, mereka hancur. Sayangnya, benda yang dicari ikut terbawa. Sehingga dua orang itu harus menunggu.

Setelah menanti, suara berdebum mendadak terdengar. A-Storm tergeletak di tanah dengan asap mengepul dari mesinnya. Ghadi langsung mengambil benda legendaris yang dicari, untung saja tidak rusak.

“Apa dengan benda ini kita bisa melawan Start?” tanya si manusia naga

“Tentu saja. Tapi kalau replikanya masih belum bisa, kita cari yang asli.” jawab Ghadi dengan seringai jahatnya

Dua orang itu sudah menghilang, berteleportasi ke tempat berikutnya. Dan jauh disana, Kris serta teman-temannya masih sibuk berlatih. Suara berdentum sahut menyahut dalam ruang latihan itu. Sedangkan Start mengamatinya dari pinggir.

John dan Hamzah kembali berteleportasi untuk menghindari sabetan pedang. Robot Red milik Start balas menghilang menyusul lawannya.

Tapi ketika dia muncul, Kris seketika menembaknya dengan jurus kristal. Red secara otomatis langsung mengaktifkan perisai. Tepat ketika benda itu bersiap melancarkan serangan berikutnya, Start langsung berseru.

“Berhenti disitu. Latihan sudah selesai!”

Red langsung menghilang, kembali ke tempat penyimpanan. Dengan napas yang terengah-engah, empat sekawan itu berjalan ke arah Start. Mereka berlima duduk melingkar meluruskan kaki. Master S kemudian memberikan air putih.

“Setelah istirahat lima belas menit, kita akan langsung berangkat.” kata Master Start

“Loh, kita mau kemana Master S?” tanya Hamzah

“Musuh kita sudah mendapatkan satu bagian. Kita tidak boleh tertinggal. Meski itu replika, kita harus mengamankannya terlebih dahulu.” jelas Start

“Apakah master menanamkan sebuah alat pelacak? Mengapa langsung tahu?” Kris bertanya penasaran

Start hanya mengangguk. Dia kemudian berjalan ke arah peralatannya, mau bersiap-siap duluan. Kris serta teman-temannya tidak mempedulikannya, masih tersisa sepuluh menit untuk beristirahat.

“Waktu istirahat habis! Cepat berangkat!” teriak Start

“Baik master!” empat sekawan itu menjawab serempak

 

Bersambung ke : Ending (Vol 6)

Scroll to Top