Ending : Kristal & Petir (Vol 11)

“Padahal kamu sudah menggunakan replika pedang legendaris itu tapi tetap terluka separah ini? Ternyata tanpa kekuatan regenerasimu kau sangat lemah.” Shadow membungkukkan badannya, menatap mata Ghadi.

“Diam kamu. Aku benar-benar akan membunuhmu kali ini.” sangkalnya sengit

Shadow mengambil pedang yang tertancap di tanah itu. Dia menyimpan senjata kerisnya dan secara perlahan mengayunkan Al-Ma’thar.

“Pedang ini bagus juga, sepertinya bisa dicoba.”

“Kembalikan benda itu! Aku masih menggunakannya!” teriak Ghadi

“Mari kita lihat bersama. Apakah tebasanku ini akan membunuhmu atau tidak.” kata Shadow dengan tatapan merendahkan

Orang itu melompat setinggi lima belas meter. Lalu menukik vertikal tepat di tempat Ghadi terduduk. Si elemental pertama mencoba menahannya menggunakan petir birunya. Tapi Shadow masih tetap bergerak.

Ghadi Al-Chair menutup matanya. Lagi pula dia adalah orang dari masa lalu yang di panggil Ghadi masa depan. Jadi mau bagaimanapun, takdir kematian tetap tidak terhindarkan. Tapi pedang itu mendadak berhenti, jaraknya dengan muka Ghadi tinggal lima senti lagi.

“Waktumu sudah habis, Shadow. Kesepakatan lima belas menit itu sudah dipenuhi. Kembalikan lagi tubuhku.”

Dalam sekejap, aura menyeramkan itu pudar. Berganti lagi dengan wajah Kris yang masih berdebu karena pertempuran sebelumnya. Anak berusia dua belas tahun itu menarik lagi pedangnya yang nyaris membunuh lawannya.

“Wah, jadi ini replika pedang Al-Ma’thar itu. Sangat indah, tapi aku pengguna panah. Jadi aku tidak akan semahir temanku John.” ujarnya

“Hahaha, nyamuk yang sangat lucu. Oke, kalau begitu coba buatlah aku terluka parah menggunakan pedang itu!” tantang Ghadi Al-Chair

Kris melesat dengan cepat secara horizontal. Ghadi tidak gentar, dari tangannya dia mengeluarkan sepuluh petir biru. Anak berusia dua belas tahun itu menatap petir-petir biru itu.

“Al-Ma’thar : Kristal biru”

Suara ledakan terdengar, petir-petir itu tertahan dengan sebongkah kristal biru. Kris melompat dari balik perisainya, kembali melesat.

“Heh, kamu hanya menahan petirku? Itu salah besar!” teriak si elemental pertama

“Al-Ma’thar : Naga kristal”

Tepat di depan lawannya, pedang itu seperti mengeluarkan siluet naga biru. Mata Ghadi terbelalak, dia langsung terhempas dan berteriak kesakitan.

“Apa-apaan itu! Kenapa ada siluet naga biru ketika kamu menyerang!” serunya tidak terima

“Sungguh? Tapi kenapa aku tidak melihat siluet itu.”

“Kalau begitu jurus naga kristalmu itu maksudnya apa!?” teriak Ghadi marah

“Tapi tadi ketika aku menyerang, seperti ada seekor naga yang sangat besar di belakangku. Niatnya mau aku serang makhluk itu setelah melepaskan serangan tadi. Sayangnya itu menghilang.” jelas Kris

Ghadi terperanjat mendengar penjelasan itu. Dia membatin, ‘Kenapa sebelumnya aku tidak melihatnya ketika menyerang? Jangan-jangan untuk melakukannya harus ada persyaratan khusus.

Persyaratan khusus? Tunggu-tunggu, kalau begitu apa syarat itu? Elemental… hah!? Masa harus itu!?

“Hahaha. Benar kata rekanku itu, julukan nyamuk memang pantas untuk kalian. Padahal tadi kamu bilang tidak jago berpedang tapi langsung membuatku terluka separah ini.. sangat memalukan!!”

Orang itu berteleportasi mengelilingi lawannya. Dia juga sambil melancarkan serangan sepuluh petir biru. Kris terpojok, anak itu berusaha sebisa mungkin menghindarinya.

Tiba-tiba, bilah Al-Ma’thar bersinar. Mengeluarkan sebuah suara, Kris dan Ghadi terkejut melihatnya.

***

Dalam klan Badai,

“Ketua! Kekuatan asli replika pedang Al-Ma’thar sudah mau keluar. Kita harus mengambilnya sebelum terlambat.” seseorang berteriak dengan panik

Sementara itu, lima orang dengan baju ilmuwan masih memunggungi pembawa berita itu. Tapi salah seorang dari mereka berbicara, “Kalau begitu, inikah waktunya bagi kita muncul kembali ke permukaan?” Yang lainnya langsung menimpali.

“Hei, jangan terlalu cepat. Kita ini para ilmuwan Delapan Kamera. Mari kirim saja seorang klon salah satu dari kita.” saran orang satunya lagi

“Loh, kalau mengirim klon saja tidak seru!” ujar ilmuwan ketiga

“Hmm, apa lagi yang harus ditambahkan agar sinar petir ini bisa sepanas matahari dan seterang bintang sirius ya.” ilmuwan kedua tidak mempedulikan masalah itu, malah masih sibuk meneliti.

“Berisik!! Kita akan muncul semua sekarang juga! Itu adalah benda yang dihasilkan dari organisasi ini. Kita akan bertanggung jawab dengan merebutnya lagi!” ilmuwan kesatu berteriak kesal. Dia adalah ketua Delapan Kamera.

Suasana langsung sepi, suara mendesah akhirnya keluar dari empat ilmuwan lainnya. Ini adalah kemauan sang ketua, maka kewajibannya adalah menaatinya.

Ilmuwan keempat mengambil sebuah alat, lalu mengucapkan tujuannya. Sebuah portal langsung terbuka. Mereka langsung tiba di hamparan rumput itu, tapi kelimanya memutuskan bersembunyi terlebih dahulu.

***

Ghazi terbangun mendadak ketika mendengar sebuah suara. Dia menoleh ke kanan dan mendapati Al-Ma’thar sedang bersinar.

“Wah, jadi begitu proses untuk mengeluarkan kekuatan asli replika itu. Kalau yang aku pelajari sewaktu sekolah, meski cuman replika tetap berbahaya.” anak itu berbicara sendiri

Dia bangun dan berjalan ke arah Ali dan Start yang masih pingsan. Dan berusaha sebisa mungkin mengobati luka yang didapat. Anak itu menggunakan teknologi penyembuh yang dihadiahkan ketika masih tinggal di klan Badai.

“Oke, menyembuhkan teman satu kelompok sudah aku selesaikan dengan baik. Sekarang aku mau menonton dulu.”

Sementara itu, bilah Al-Ma’thar masih bersinar meski dua menit sudah berlalu. Kris dan Ghadi menunggu melihat hasilnya.

Tuan Kris, aku telah mengakuimu. Silahkan gunakan kekuatan penuh replika pedang Al-Ma’thar. Pedang itu ‘berbicara’ lagi.

“Tapi, bagaimana caranya? Aku tinggal mengayunkan kamu ke lawanku kan?” tanya Kris

Tentu, bahkan tuan juga bisa memberikanku kepada rekan satu kelompok tuan. jawabnya

“Oke deh, aku akan mencobanya terlebih dahulu.”

Kris mengambil kembali menarik pedang itu dari tanah. Dia melakukan pemanasan terlebih dahulu. Lima detik kemudian, anak itu sudah melesat.

Di sisi lain, Hamzah dan John sudah mulai mendesak Ending. Dengan melakukan serangan secara kompak dan saling mengisi celah, mereka berada di atas angin.

“Ghadi, cepat selesaikan pertarunganmu dan bantu aku! Dua bocah ini kini cukup kuat hingga bisa mendesakku!” teriak Ending

Si elemental pertama meringis mendengarnya, pertarungannya juga sepertinya masih jauh dari selesai. Tanpa replika Al-Ma’thar, dia harus berjuang keras.

***

“Ketua, sepertinya anak itu tidak mahir menggunakan pedang. Seharusnya dia tahu diri dan bertukar posisi dengan teman pedangnya itu.” komentar ilmuwan ketiga

“Diamlah, kita akan menonton dulu sampai tiga puluh menit ke depan. Bila belum selesai juga, kita datang dan merebutnya dengan paksa.” jawab si ketua

Kris menyabetkan pedangnya tak beraturan, Ghadi semakin kesal melihatnya. Dia sudah lelah bertarung mati-matian sebelumnya melawan Shadow. Dan sekarang harus menghindari serangan aneh ini.

“Bisakah kamu menyerang seperti sebelumnya? Melesat, memunculkan perisai, melompat kemudian menebas. Itu lebih keren.” protes Ghadi

“Tapi tadi kebetulan saja aku mendadak jago.” jawab Kris nyengir

“Mana ada kata mendadak bocah! Itu semua sudah ada dalam catatan takdir, meski muncul siluet naga biru pun sudah ditakdirkan seperti itu.”

Si elemental pertama kembali menyerang. Dia jungkir balik di udara dan menggerakkan tangannya seperti mau menebas. Efeknya, petir birunya pun membentuk lingkaran.

“Lingkaran tajam : Garis petir!”

Kris menatapnya dalam diam, menanti serangan itu mendekatinya. Begitu tersisa sepuluh senti lagi, anak itu merundukkan badannya. Lalu berlari menantangnya.

“Al-Ma’thar : Ombak kristal”

Ribuan kristal langsung menyembur dari pedang itu. Persis membentuk ombak, Ghadi terperangah melihatnya. Ternyata benar dugaannya. Untuk membangkitkan kekuatan penuh Al-Ma’thar, diperlukan elemental kristal.

Orang itu mengerang kesakitan. Satu menit kemudian dia sudah terbaring tidak berdaya di tanah, pingsan. Maka satu pertarungan di ronde kedua, akhirnya terselesaikan.

“Heh elemental pertama! Kenapa kamu lama sekali, cepat bantu aku!!” teriak Ending lagi

Kris melayang tepat di depan John dan Hamzah. Anak itu memanggul Al-Ma’thar di bahunya. “Orang yang kamu maksud sudah kalah. Sekarang juga, pertarunganmu berubah menjadi tiga melawan satu.”

 

Bersambung ke : Ending (Vol 12)

Scroll to Top