Badai : Masa Lalu (Vol 6)

“Senang bertemu kembali dengan kalian” Start mencoba menggertak lawannya

“Ahaha, momennya bagus juga. Aku ingin sekalian mencoba kekuatan Al-Ma’thar versi asli.” ujar Ghadi sambil mengedipkan mata kirinya

Ending menepuk dahinya. Seharusnya kita kabur dulu, oi! Ini masih di tempat yang terdapat banyak bantuan!

Dua orang itu sudah bertukar serangan. Kalau saja ruangan rahasia itu tidak luas, dindingnya sudah menunjukkan retakan.

“Haha, mana ucapanmu yang ingin mencoba kekuatan pedang itu, heh. Jelas ayunanmu belum mengeluarkannya dengan penuh.” Start meledek

Ghadi memperlihatkan ekspresi tidak bersemangat. Benar juga, seharusnya benda ini digunakan bocah kristal itu terlebih dahulu. Barulah mereka merebutnya lagi untuk mengakhiri pertempuran.

Hei Si Tubuh Tinggi, apa tidak ada elemental lain untuk mengaktifkannya? Orang itu bertanya melalui telepati

Satu menit berlalu, belum ada respon. Barulah di menit ketiga dia menjawabnya. Tidak ada master, itu saja sudah beruntung banget. Karena setelah teraktifkan, kita bisa menggunakan berbagai elemental sesuai warna batu kristal yang ada di gagangnya itu.

“Pukulan bulan : Tarian api hitam”

Elemental pertama berkelit, nyaris saja dia terkena. Ending menghembuskan napas, lalu berteleportasi ke belakang lawan.

“Pukulan naga : Pusaran angin”

Start terdorong mundur sampai nyaris menabrak tembok. Tapi ia masih menunjukkan senyumannya yang penuh semangat.

***

“Hentikan pertarungan ini, kak! Kami akan membujuk dua orang itu agar berhenti melanggar perintah ini!” pinta Ali

John tidak merespon, ia tetap mengayunkan pedangnya. Hamzah menggaruk matanya, pertarungan ini sangat menyilaukan.

“Sudahlah Ali! Lawan saja dia, dan kita bisa membantu master.” Kris berteriak

“Kalian berdua benar-benar berpikir pendek. Cobalah untuk memandang lebih jauh, hei.” kata John

“Ledakan : Area persegi!”

John dalam sekejap langsung berpindah posisi. Ghazi mendecakkan lidah, seharusnya itu berhasil mengenai telak lawannya.

“Sirkanik Aurora!”

Empat anak itu memejamkan mata, berusaha menghindari silau. Tapi mendadak John tiba di belakang mereka.

“Ahaha, lengah di pertarungan itu sangat berbahaya!”

“Perisai kubah!”

Bunyi berdentum terdengar. Tebasan itu berhasil ditahan oleh perisai yang dibentuk Ali dalam sekejap. John mengatupkan bibir. Ia berteleportasi ke atas setinggi sepuluh meter.

“Sirkanik : Bright aurora!”

Kubahnya mulai memperlihatkan retakan. Empat anak itu sedikit gemetaran, maju atau bertahan?

“Ayolah! Kalian bilang ingin keluar dari ruangan ini! Cepatlah serius dan kalahkan aku!” Dia berteriak dengan lantang

Ali akhirnya menghilangkan perisainya. Mereka semua memasang kuda-kuda menyerang. John menyeringai melihatnya.

“Mari kita mulai pertandingan final yang sesungguhnya” ucap mereka berlima bersamaan

***

Di sela-sela pembuatan proyek, Si Tubuh Tinggi mengingat masa kecilnya. Ketika ia pertama kali mengetahui kisah dua legenda itu.

“Ayah, apa tokoh dalam cerita ini sungguhan ada?” tanyanya sewaktu kecil

Masa itu, dia masih berumur sebelas tahun. Ayahnya pun masih menjadi penjaga kode rahasia. “Iya memang ada. Tapi lokasinya di luar klan Badai. Memangnya kenapa?”

“Tokohnya keren. Apa aku bisa menjadi seperti dia?”

Ayahnya tertegun sejenak ketika mendengarnya. “Nak, meskipun kamu menyukai tokoh itu, jangan jadikan sebagai idola. Ayah akan memastikan kamu tetap berada di jalan kebenaran dan selalu memberikan manfaat bagi banyak orang.”

Anak itu akhirnya tidak pernah bertanya lagi tentang tokoh itu. Tapi di hatinya masih tersisa kekaguman. Pernah dia bertanya ke diri sendiri, kenapa ia menyukai tokoh itu?

Hampir semua jawaban yang muncul sangat aneh baginya. Karena kekuatannya dahsyat? Tapi alasan itu kurang masuk akal. Karena tokohnya punya kepintaran tinggi? Dia menghela napas, bahkan di buku tidak ada pembahasan itu.

Akhirnya di usianya yang keempat belas, jawaban yang memuaskan muncul. Karena tokoh jahat selalu mendapat kekuatannya secara instan. Sementara si baik harus berkembang dari bawah ke puncak. Dan dia, sangat benci menunggu.

Di usia yang kedua puluh empat, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai penjaga kode rahasia. Kekagumannya masih membara di dalam hatinya.

Ia berharap agar bisa bertemu dua tokoh itu secara langsung. Bukan hanya dengan melihat fotonya saja. Buku berjudul, ‘Ketika Dua Pembentuk Sejarah Bertempur’ dan ‘Sejarah Pertempuran Kutub Armada’ selalu dibawa kemana-mana.

Namun karena terlalu lama, api yang membara itu perlahan-lahan padam. Sayangnya sebelum apinya hilang, hari itu telah tiba.

Tanggal 11 April, dia melakukan pertemuan pertama dengan Ending dan Ghadi. Matanya berbinar, tapi dia harus menyimpannya dulu.

Ia akhirnya berhasil bekerja sama dengan mereka. Si Tubuh Tinggi yang mengusulkan agar melakukan pertempuran di tanggal 18. Tepat di hari ulang tahunnya.

Orang itu sudah tidak sabar menanti besok. Hari dimana dia bisa bertempur bersama dengan tokoh idolanya.

Di sisi pertarungan ruangan rahasia,

Ending meringis kesakitan. Meski sudah ditahan menggunakan sisik naga, ia tetap terhempas ke dinding sampai berdebum. Ghadi nasibnya tidak jauh berbeda. Malah dia lebih keras ketika jatuh ke lantai.

“Heh, apa kamu tidak bisa memakai perubahan nagamu itu? Peduli amat dengan markas ini, cepat gunakan saja.” bisik elemental pertama

“Oi, kalau aku gunakan itu, para ilmuwan akan datang kesini. Apalagi menjadi besar membuat aku jadi sasaran enak.”

“Ya sudah, lakukan saja. Setidaknya kita bisa merusak peralatan mereka dengan merubuhkan bangunan ini.”

Ending mendengus, “Heh, buat apa aku membuang tenaga hanya dengan merubuhkan tempat ini. Lebih baik disimpan dulu untuk keadaan darurat.”

“Ahaha, sudah selesai kan diskusinya? Aku datang lagi, loh!” teriak Start

Bunyi berdentum kembali sahut menyahut. Ruangan itu kedap suara hingga akhirnya tidak terdengar sampai keluar.

***

“Ketua, aku punya ide yang lebih bagus dibanding tiang raksasa itu.” kata ilmuwan keempat

“Apa itu?”

“Kita tambahkan dua rintangan baru. Pertama, sebuah hutan penuh jarum yang sangat tajam. Kedua, tambahkan sebuah kode yang mengunci segala jurus. Hingga akhirnya, orang yang melewatinya harus berjalan biasa.” jelasnya

Ketuanya terdiam, ide itu berkali lipat lebih mungkin dibanding tiang tujuh ratus meter. Setelah menimbang-nimbang, dia menyetujuinya. Untung saja proyeknya baru terkerjakan sedikit, jadinya masih bisa dibongkar.

Benar saja, dalam waktu tiga jam setengah rintangan hutan jarum terselesaikan. Ketuanya mengajak mereka untuk langsung memasangnya ke jalur tantangan.

Tepat di depan sungai racun, hutan jarum itu dimasukkan. Tapi ketuanya terperangah ketika melihat gerbang raksasanya sedang terbuka. Begitu mereka mencoba melihat apa yang terjadi, mata ketiga ilmuwan itu terbelalak.

“Apa yang sedang kalian lakukan disini?!”

 

Bersambung ke : Badai (Vol 7)

Scroll to Top