Apa itu Hadis? Pengertian Beserta Ragamnya

apa itu hadis

Dalam edisi imam-imam hadis, mereka sangat berhati-hati ketika mengumpulkan hadis. Sebenarnya, apa itu hadis? Kenapa mereka tidak mau sembarangan, saat membuat kitab Al-Jami’ Ash-Shahih dan Sunan?

Menurut bahasa, hadis bermakna sesuatu yang baru. Menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadis juga berarti sesuatu yang diberitakan, dibicarakan dan dipindahkan dari seorang pada orang yang lain. Bahasa tidak bakunya adalah hadits/hadist.

Tapi itu secara bahasa. Tentu belum menjawab lengkap pertanyaan kita, bukan? Kalau begitu, selamat membaca pembahasan ini sampai akhir, ya.

Pengertian Hadis secara Bahasa & Istilah

Pengertian hadits menurut bahasa; Bermakna sesuatu yang baru. Juga menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Sesuatu yang diberitakan, dibicarakan dan dipindahkan dari satu orang ke orang yang lain.

Pengertian hadist secara istilah syara’; Ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah ﷺ baik itu ucapan, perbuatan atau pengakuan (taqrir).

Sejarah Perkembangan Hadits

Dalam perkembangannya, kita hanya perlu tahu empat bagian saja. Karena boleh dibilang, pada empat zaman ini, tercipta pertumbuhan yang sangat serius.

Periode Pertama : Perkembangan Hadist pada masa Rasulullah

Periode ini disebut Ashr al-Wahyi wa at-Taqwin (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). Pada masa ini hadits lahir dalam rupa sabda, perbuatan, dan taqrir Nabi yang berfungsi untuk memperjelas makna di Al-Quran.

Para sahabat menerima hadist secara langsung dan tidak. Secara langsung, misalnya ketika pengajian, khotbah, atau penjelasan atas pertanyaan sahabat. Secara tidak, misalnya saat mendengar dari sahabat yang lain.

Pada periode pertama, kemampuan baca tulis diantara sahabat mulai bermunculan, sayangnya masih terbatas. Karena kecakapan ini masih sedikit, Rasulullah lebih menekankan untuk menghafal, memahami, memelihara dan memantapkan hadist di kehidupan sehari-hari. Ada beberapa sahabat yang menulis hadist pada masa itu

  1. Abdullah bin Amr bin Ash
  2. Ali bin Abi Thalib, penulis hadist hukum diyat, hukum keluarga dan banyak lagi
  3. Anas bin Malik

Selain itu, Rasulullah juga sering mengirim utusan-utusan untuk membawa surat-surat pemberitahuan. Terutama pada para pejabat daerah. Juga surat-surat dakwah untuk para raja serta pemimpin kabilah. Mulai dari Timur hingga Barat.

Masa Kedua : Pertumbuhan Hadist di masa Khulafa’ ArRasyidin 

Masa ini disebut Ashr At-Tatsabbut wa Al-Iqlal min al-Rizvaya (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat). Nabi saw wafat tahun 11 Hijriah, dan berpesan pada umatnya untuk berpegang pada Quran dan Sunnah (Hadist).

Saat pemerintahan Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadist tersebar secara terbatas. Penulisannya pun belum dilakukan secara resmi. Bahkan saat itu, Umar lebih menekankan sahabat untuk memusatkan perhatian pada penyebaran Al-Quran.

Sempat sang khalifah kedua itu memiliki gagasan membukukan hadist. Tapi dia membatalkannya setelah melakukan Solat Istikharah.

Periode Ketiga : Perkembangan pada Masa Tabi’in

Periode ini disebut Ashr Intisyar al-Riwayah ila’ al-Amshar (masa berkembang dan meluasnya hadist). Dalam masa ini, wilayah Islam sudah mencapai Irak, Mesir bahkan pada tahun 93 Hijriah berhasil sampai Spanyol. Hal ini dibarengi dengan berangkatnya para sahabat untuk memegang jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu hadist.

Karena meningkatnya periwayatan ini, muncul bendaharawan serta lembaga-lembaga hadist di berbagai daerah. Di antara bendaharawan yang banyak menerima, menghafal serta mengembangkan dan meriwayatkan hadist adalah :

  1. Abu Hurairah. Menurut Ibn Al-Jauzi, beliau meriwayatkan 5.374 hadist
  2. Abdullah bin Umar, meriwayatkan 2.630 hadist
  3. Aisyah binti Abu Bakar, meriwayatkan 2.276 hadist
  4. Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadist
  5. Jabir bin Abdullah, meriwayatkan 1.540 hadist
  6. Abu Sa’id Al-Khudri, meriwayatkan 1.170 hadist

Adapun wilayah-wilayah yang terdapat lembaga untuk menjadi pusat pendidikan dan pengembangan hadist diantaranya adalah :

  1. Madinah
  2. Mekkah
  3. Basrah
  4. Syam
  5. Mesir

Pada masa ini, juga mulai muncul usaha pemalsuan hadist dari orang tak bertanggung jawab. Hal ini dimulai sejak wafatnya Ali. Karena saat itu, umat Islam sedang terpecah belah. Sehingga membuka peluang bagi musuh-musuh Islam.

Periode Keempat : Pertumbuhan Hadits di Abad II & Abad III Hijriah

Masa ini disebut Ashr Al-Kitaabah wa Al-Tadwin (masa penulisan dan pembukuan). Maksudnya, penulisan serta pembukuan dilakukan secara resmi, yang diselenggarakan pemerintah. Kalau perseorangan, sudah dilakukan sejak sebelum abad ke-2 Hijriah.

Pembukuan secara resmi pertama kali dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dia sadar bahwa perawi hadist yang menghimpun hafalannya dalam ingatan semakin banyak meninggal. Sang khalifah khawatir, apabila tidak membukukan, maka hadist itu akan lenyap dari permukaan Bumi.

Untuk mewujudkan maksudnya, Umar meminta Gubernur Madinah yang juga menjadi guru Ma’mar al-Laits, Al-Auza’i dan Malik untuk membukukan hadis Rasul yang terdapat di para penghapal wanita terkenal. Seperti Amrah binti Abdir Rahman bin Saad, seorang ahli fikih dan murid Aisyah r.a. Juga hadist yang terdapat pada Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash-Shiddiq, seorang pemuka tabiin serta salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh.

Setelah berlangsung demikian lama, akhirnya lahir kitab-kitab hadist yang tersohor di kalangan umum dan ulama. Diantaranya adalah :

  1. Al-Muwaththa’ karya Imam Malik bin Anas
  2. Al-Maghazi wal Siyar karya Muhammad bin Ishaq
  3. Al-Jami’ karya Abdul Razzaq As-San’any
  4. Al-Mushannaf karya Syu’bah bin Hajjaj
  5. Al-Mushannaf karya Sufyan bin Uyainah
  6. Al-Mushannaf karya Al-Laits bin Saad
  7. Al-Mushannaf karya Al-Auza’i
  8. Al-Mushannaf karya Abu Bakar Al-Humaidi
  9. Al-Musnad, susunan Abu Hanifah
  10. Al-Musnad susunan Zaid bin Ali
  11. Al-Musnad, susunan Imam Asy-Syafi’i
  12. Mukhtaliful Hadis, susunan Imam Asy-Syafi’i

Struktur Hadist

Dalam strukturnya, ada dua bagian penting yang menyusunnya. Pertama sanad/isnad (rantai penutur) dan kedua matan (redaksi).

Misalnya : Musaddad berkata bahwa Yahya menyampaikan seperti yang diberitakan oleh Syu’bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah saw, bahwa dia bersabda. “Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga ia cinta pada saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari)

Sanad

Sanad adalah rantai penutur/rawi (periwayat) hadis. Rawi ialah masing-masing orang yang menyampaikan hadist itu (seperti contoh diatas. Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatadah dan Anas). Sanad bermula dari orang yang mencatat hadist tersebut dalam bukunya; orang ini disebut mudawwin/mukharrij.

Karena hal ini, sanad memberi peranan penting untuk memaparkan keaslian sebuah riwayat. Kalau kita mengambil contoh sebelumnya, maka akan tercipta susunan yang kalian lihat di bawah ini.

Al-Bukhari –> Musaddad –> Yahya –> Syu’bah –> Qatadah –> Anas –> Nabi Muhammad ﷺ

Asal kalian tahu, sanad sudah dipakai sejak sebelum datangnya Islam. Biasanya berfungsi untuk mengutip berbagai buku serta ilmu pengetahuan. Namun kini, mayoritasnya untuk mengutip hadis-hadis nabawi.

Rawi

Untuk menjadi seorang perawi, ada sifat khusus yang diperlukan. Diantaranya adalah.

  • Bukan pendusta atau tidak dituduh pendusta
  • Tidak banyak salahnya
  • Teliti
  • Tidak fasik
  • Tidak dikenal sebagai orang yang ragu-ragu
  • Kuat ingatan/hafalannya
  • Tidak sering bertentangan dengan perawi-perawi yang kuat
  • Minimal dikenal dua ahli hadist pada masanya

Sifat-sifat ini sudah dicatat oleh ahli hadits dari masa ke masa. Kemudian disalin serta dipelajari para penerus masa berikutnya hingga sekarang. Rawi yang tidak memiliki catatan disebut maj’hul, dan hadist yang diriwayatkannya tidak boleh diterima.

Matan

Matan bermakna redaksi suatu hadist. Dari contoh pertama, maka matan hadist tersebut ialah; “Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian hingga ia cinta pada saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”

Dalam hal ini, yang perlu kita amati ada dua. Yaitu,

  • Ujung sanad sebagai sumber redaksi. Apakah sampai kepada Rasulullah ﷺ atau tidak.
  • Matan hadist itu sendiri dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya. Apakah ada yang melemahkan atau justru menguatkan. Selanjutnya dengan ayat Al Quran, apakah ada yang bertolak belakang.

Klasifikasi Hadis

Supaya tidak memberatkan para pembaca, kita akan membahas sedikit saja. Yaitu berdasarkan tingkat keaslian hadist. Kategori tersebut merupakan klasifikasi terpenting dan menjadi titik diterima atau ditolaknya sebuah hadist.

Kategori ini terbagi empat, diantaranya;

  1. Hadist Sahih, ini merupakan tingkatan tertinggi dan tidak perlu dibantah.
    – Sanadnya bersambung.
    – Diriwayatkan perawi yang punya sifat adil, istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik dan kuat ingatannya.
    – Matannya tidak berisi kejanggalan.
  2. Hadis Hasan. Sanadnya bersambung tetapi ada sedikit kelemahan pada perawinya. Contohnya sang perawi adil namun kurang kuat ingatannya. Tapi matannya tidak ada syadz/cacat.
  3. Hadis Dhaif (lemah). Sanadnya tidak bersambung, atau diriwayatkan orang yang tidak kuat ingatannya. Atau berisi kejanggalan/cacat.
  4. Hadist Maudlu’, bila sebuah hadist dinilai maudlu’ bisa jadi karena dalam rantai sanadnya ditemukan perawi yang dikenal pendusta.

Bedanya Hadis Qudsi & Nabawi

Ada perbedaan antara Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi. Yang pertama; Hadist Nabawi disandarkan langsung pada Nabi Muhammad ﷺ dan disampaikan secara lisan oleh beliau. Sedangkan Hadist Qudsi disandarkan kepada Allah swt lalu Nabi Muhammad menyampaikan dan meriwayatkan dari Allah swt. Karena itulah, dikaitkan dengsan sebutan qudsi (suci & membersihkan).

Secara kuantitas, Hadist Qudsi jumlahnya sedikit. Salah satu kitab yang membahasnya berjudul Al-Ittifahat As Sunniyyah bil Ahadits Al Qudsiyyah, karya Abdur Rauf Al Munawi. Di dalamnya tercantum 272 Hadist Qudsi.

Kitab-Kitab Hadist

Abad Ke2 Hijriah

Pada abad kedua ini, ada kitab-kitab hadist terkenal. Diantaranya adalah :

  • Al-Muwaththa, karya Imam Malik bin Anas
  • Al-Musnad, karya Imam Ahmad bin Hambal
  • Mukhtaliful Hadis, karya Imam Syafi’i
  • Al-Jami, oleh Abdurrazzaq As-Shan’ani
  • Mushannaf Syu’bah, oleh Syu’bah bin Hajjaj
  • Mushannaf Sufyan, karya Sufyan bin Uyainah
  • Mushannaf Al-Laits, oleh Al-Laits bin Saad
  • As-Sunan, oleh Al-Auza’i
  • As-Sunan, oleh Al-Humaidi

Namun, para ulama di masa itu memusatkan perhatiannya pada tiga kitab yang disebut pertama. Sehingga enam kitab lainnya hilang dilahap zaman.

Periode Ke3 Hijriah

Abad Ke4 Hijriah

  • Al-Mu’jamul Kabir, karya Ath-Thabarani
  • Al-Mu’jamul Ausath
  • Al-Mu’jamul Shaghir
  • Al-Mustadrak, karya Al-Hakim
  • As-Shahih, karya Ibnu Khuzaimah
  • At Taqsim wal Anwa’ karya Abu Awwanah
  • As Shahih, karya Abu Hatim bin Hibban
  • Al-Muntaqa’ karya Ibnu Sakan
  • As Sunan, karya Ad-Daruquthni
  • Al-Mushannaf, karya Ath-Thahawi
  • Al-Musnad, karya Ibnu Nashar ar-Razi

Abad Ke5 Hijriah dan Seterusnya

  • Hasil Penghimpunan
    : Sumbernya dari Kutubus Sittah saja
    Jami’ul Ushul, karya Ibnu Atsir Al-Jazari
    Tashiful Wushul, karya Al-Fairuz
    Jami’ul Masanid, karya Ibnu Katsir
    Jami’ush Shaghir, karya As Suyuthi
  • Hasil Mengelompokkan ke Dalam Bidang-Bidang
    1; Kitab Al Hadist Hukum
    Sunan : Ad-Daruquthni
    As Sunan al-Kubra’ : Al-Baihaqi
    Muntaqal Akhbar : Majduddin al-Harrani
    Bulughul Maram : Ibnu Hajar Al-Asqalani
    2; Kitab Al Hadist Akhlak
    At Targhib wa At Tarhib : Al Mundziri
    Riyadhus Shalihin : Imam Nawawi
  • Syarh (seperti tafsir untuk hadits)
    – Untuk Sahih Bukhari ada Fathul Bari, karya Ibnu Hajar Asqalani.
    – Untuk Sahih Muslim ada Minhajul Muhaditsin, karya Imam An-Nawawi. Dan Al-Mu’allim karya Al Maziri
    – Untuk Muntaqal Akhbar terdapat Nailul Authar, karya Asy Syaukani
    – Dan untuk Bulughul Maram terdapat Subulussalam, karya Ash-Shan’ani

Apa itu Hadis? Sebuah pertanyaan yang semoga sudah mendapat jawabannya. Demikian artikel ini, semoga bermanfaat dan menjawab pertanyaan pembaca.

Salam Berkarya

Pranala Luar : Hadis

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top