Al-Kindi, Penggerak Filsafat Muslim Terbaik

Al-Kindi

Dipandang sebagai filsuf Muslim pertama ketika dirinya menjadi ilmuwan. Namanya berasal dari daerah kelahirannya. Suku Kindah di Kufah, Irak. Tahun 801 masehi. Beliaulah Al-Kindi, dengan nama asli Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq.

Pendidikan pertamanya didapat dari ayahnya yang merupakan gubernur Kufah. Tapi itu tidak lama, ayahnya wafat ketika sang ilmuwan belum remaja.

Lama tinggal di Kufah, Al-Kindi menghafalkan Al-Quran. Juga belajar Ilmu Fikih beserta Ilmu Kalam. Setelah tiba waktunya untuk belajar lebih banyak, ia pergi ke Basra. Setelah menyelesaikan pelajarannya disana, ia pindah ke Baghdad. Sejak saat ini karirnya dimulai.

Karena kejeniusannya, oleh khalifah Al-Ma’mun beliau dipekerjakan ke Bait Al-Hikmah. Menjadi penerjemah teks filosofis dan ilmiah dalam bahasa Yunani ke bahasa Arab. Tidak berhenti, Al-Kindi juga menjadi guru untuk putra khalifah.

Pada masa Al-Mutawakkil berkuasa, karier sang ilmuwan menurun. Ada pendapat yang mengatakan, persaingan di Bait Al-Hikmah untuk menerjemah karya ilmiah semakin tinggi. Ilmuwan berpemikiran cerdas ini wafat pada tahun 866 masehi.

Pemikiran sang Filsuf Muslim

Sang ilmuwan menulis karya berjudul Fi al-Falsafa al-Ula (On First Philosophy). Beliau mengambil dasar untuk buku ini dari karya Aristoteles. Di dalamnya, filsuf muslim ini menjelaskan filsafat pertama yang termasuk filsafat tinggi.

Filsafat ini membahas pengetahuan tentang penyebab pertama. Penyebab pertama dipandang sangat utama karena menjelaskan penyebab adanya waktu. Dengan belajar ilmu ini, seseorang belajar mengenai pengetahuan di alam realita. Dan akan mempelajari keesaan Tuhan.

Makanya, Al-Kindi menekankan untuk memiliki intelektual dan akidah yang kuat. Karena ada potensi mengingkari adanya Tuhan dalam belajar filsafat.

Sang ilmuwan memberikan contoh dengan berdiskusi dalam masalah ini. Beliau berpendapat, Tuhan tidak punya karakteristik atau atribut tertentu. Tidak ada sebelum Tuhan karena Ia abadi. Keabadian ini absolut, tiada ujungnya dan tidak bisa berubah.

Karya lain Al-Kindi dalam filsafat ialah Fi Wahdaniya Allah wa Tunahiy Jirm al-Alam (Kesatuan Tuhan dan Terbatasnya Dunia). Juga Fi Kammiya Kutub Aristutalis wa Ma Yahtaj Ilahi fi Tahsil al-Falsafa (Kuantitas Buku Aristoteles dan yang Diperlukan dalam Memperoleh Filsafat).

Sebagai filsuf muslim, beliau tidak banyak berpendapat tentang agama. Sang filsuf konsisten menunjukkan kalau filsafat sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam hal ini beliau menuliskan karya lagi berjudul Fi al-Hila li Daf al-Ahzan.

Masya Allah, besar sekali jasa beliau bagi umat muslim dalam menyelaraskan filsafat dan agama.

Karya Al-Kindi

Di sela-sela kegiatannya dalam menerjemahkan buku-buku Yunani, dan mengoreksi serta perbaikan atas karya orang lain, jumlah karya beliau juga mencapai ratusan. Ada sekitar 270 buah bukunya yang sebagian besar berupa risalah-risalah pendek.

Sayangnya banyak yang tidak ditemukan lagi. Ibnu Nadim dan Qifti membaginya dalam 17 kelompok. 1. Filsafat, 2. Logika, 3. Astronomi, 4. Ilmu hitung, 5. Musik, 6. Geometri, 7. Astrologis, 8. Globular, 9. Medis, 10. Psikologi, 11. Meteorologi, 12. Dimensi, 13. Benda-benda pertama, 14. Spesies tertentu kimia dan logam, 15. Sperikal, 16. Politik, 17. Dialektika.

Penasaran apa saja judul-judulnya?

  • Fi al-Falsafat al-‘Ula

Buku ini menginspirasi orang-orang Eropa di Abad Pertengahan. Dan isinya seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.

  • Risalah fi Qadr Manfa’ati Sin’at al-Thibi

Dalam kitab ini, sang ilmuwan membahas penerapan matematika di kedokteran. Khususnya untuk bidang farmakologi. Diterjemahkan ke bahasa latin berjudul De Gradibus. Memiliki nama alternatif lain, yaitu Quia Primos.

  • Risalah fi Istikhraj al-Mu’amma

Bidang lain yang dipelajari Al-Kindi adalah kriptologi. Ya, sebuah seni memecahkan kode. DI buku ini dijelaskan bagaimana kode-kode rahasia diurai. Ilmuwan ini memaparkan sandi-sandi rahasia serta menjelaskan fonetik arab.

Memiliki terjemahan dalam bahasa latin berjudul Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages. Al-Kindi juga menerangkan pemakaian beberapa cara statistika untuk mengetahui kode-kode rahasia.

Bidang ini mampu dikuasainya karena keahliannya pula dalam matematika. Dan tentu menerjemah karya-karya Yunani, kriptografi cukup penting. Betul atau betul?

  • Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawakib

Karangan yang memaparkan jawaban tentang berbagai pernyataan keadaan planet-planet. Oiya, dalam keahlian astronomi, Al-Kindi belajar dari karya Ptolemy.

Ilmuwan muslim ini berkata, pusat tata surya berada dalam rangkaian yang rasional. Di mana perputarannya merupakan perwujudan kepatuhan dan pemujaan terhadap Tuhan. Karangan beliau ini mempunyai terjemahan latin. Berjudul On Rays.

  • Risalah fi Fashlayn (Mendeskripsikan musim panas serta musim dingin).
  • Fi Kammiya Kutub Aristutalis wa Ma Yahtaj Ilahi fi Tahsil al-Falsafa
  • Al-Za’Khabariyyah fi al-Musiqa (sebuah karya yang membahas bagian-bagian pengetahuan musik).
  • Al-Madkhal ila Sina’at al-Musiqi (buku tentang pengantar seni musik).
  • Risalah fi’illat Kawmu adh-Dha-bab (tulisan dalam pengetahuan meteorologi. Menerangkan bagaimana kabut bisa muncul).
  • Ada juga karangan beliau dalam bidang geometri. Berjudul Risalah fi ‘Amal Syakl Al Mutawassithayn (menjabarkan kontruksi garis-garis tengah).
  • Al-A’rad al-Hadithath minal Balgham wa ‘illah Mawt al-Fuja’ah (menyampaikan penyebab kematian mendadak dan kejang-kejang berlendir).
  • Al-Hassi ‘ala Ta’allum al-Falsafat

Allahu Akbar! Banyak sekali karya ilmuwan muslim kelahiran Kufah ini. Tidak heran di masa lalu Islam bisa begitu berjaya. Sebelum menutup artikel kita kali ini, ada baiknya kita membaca dua kata bijak dari Al-Kindi.

Untuk melucuti orang fanatik, ajari ia kebenaran dengan ajaran, dan kelembutan dengan contoh.-

-Kita seharusnya tidak malu mengakui kebenaran dari sumber apa pun yang datang ke kita. Bahkan jika itu disampaikan generasi sebelumnya dan orang asing. Bagi dia yang mencari kebenaran, tiada yang lebih tinggi nilainya dibanding kebenaran itu sendiri.-

Mau membaca biografi ilmuwan muslim lainnya? Mulailah dengan Ibnu Sina atau An-Nabati. Semoga bermanfaat dan semangat berkarya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top