Siapa Al-Buzjani? Dimana lahirnya? Dan bagaimana kisahnya? Oiya, info dulu. Trigonometri adalah ilmu perkembangan dari ilmu geometri. Trigonometri merupakan salah satu ilmu matematika yang kurang mudah dipecahkan.
Asal katanya berasal dari Bahasa Yunani, yaitu triginon (tiga sudut) dan metro (mengukur). Ya sudah, yuk, kita ke pembahasan berikutnya saja. Ikuti terus sampai akhir ya!
Masa Kecil
Mempunyai nama asli Abul Wafa’ Muhammad dan nasabnya adalah Abul Wafa’ Muhammad bin Muhammad bin Yahya bin Isma’il bin Abbas Al Buzjani. Tetapi lebih dikenal dengan nama Al-Buzjani.
Lahir pada tahun 328 Hijriah atau 940 Masehi di Buzjan, Khurasan-Persia (sekarang jadi Iran). Dan wafatnya di Shiraz, Iran pada tahun 376 Hijriah atau 986 Masehi, tapi ada yang mengatakan wafatnya di Baghdad. Wallahu A’lam.
Di sekolahnya, yaitu di Buzjan, ia diakui sebagai murid yang sangat pintar oleh guru-gurunya. Terutama di bidang matematika. Ia juga belajar dari kedua pamannya yang ahli matematika, yaitu Abu Amr Al Mughazili dan Abu Abdullah Muhammad bin Anbasa.
Ketika usia 19 tahun, ia pergi ke Baghdad untuk belajar. Disana ia fokus pada matematika dan belajar pada ilmuwan-ilmuwan muslim yang sudah menjadi pakar matematika. Selain itu Abul Wafa’ juga mempelajari karya-karya Al-Khawarizmi.
Memulai Karir
Ketika Abul Wafa’ memulai untuk merumuskan ilmu trigonometri, orang-orang menganggap itu hal sia-sia. Itu disebabkan mereka belum tahu ilmu ini. Padahal trigonometri penting untuk kehidupan.
Ketika trigonometri berhasil ditemukan, Abul Wafa’ belum puas, ia pun mempelajari bidang lainnya. Seperti astronomi dan ilmu alam. Di bidang astronomi Al Buzjani lagi-lagi diakui kehebatannya. Hasil peneropongannya sangatlah akurat.
Tidak hanya itu, ia membuat ensiklopedia astronomi yang membahas kalender astronomi yang sangat lengkap. Kalender ini menghitung kapan kemunculan suatu bintang, gimana pergerakan bintang dari hari ke hari, berapa lama perubahan musim di bumi dan banyak lagi.
Ia juga berkarir di ilmu matematika lainnya, yaitu aritmetika. Tapi lebih dikenalnya dengan ilmu trigonometri.
Suatu hari, seorang sultan pemimpin Baghdad, mencari ilmuwan muslim yang satu ini. Sultan ingin Al Buzjani bekerja di istana dan ingin mempercayai pembangunan observatorium pada Al Buzjani. Observatoriumnya berlokasi di taman istana. Ketika sudah selesai, banyak astronom-astronom yang tertarik untuk melakukan penelitian disana.
Penghargaan
Dengan hasil dan jasa sebesar itu, tentu ada yang memberikan penghargaan. Abul Wafa’ diakui oleh Organisasi Astronomi Internasional dan mengabadikan namanya sebagai nama kawah di bulan.
Hanya sekitar 24 ilmuwan muslim yang diakui organisasi tersebut dan Abul Wafa’ menjadi salah satunya. Tapi, biasanya penamaan kawah di bulan menggunakan nama ilmuwan muslim versi Barat. Sedangkan ilmuwan yang lagi dibahas ini tidak. Malah menggunakan nama aslinya, yaitu Kawah Abul Wafa’.
Tahukah kamu? Tahun 2014 di bulan Juni tanggal 12, mesin pencari nomor 1 di dunia memperingati kelahiran ilmuwan muslim penemu trigonometri tersebut, tapi posternya hanya terpajang untuk Timur Tengah.
Tahun berikutnya yaitu tahun 2015. Google Doodles merayakan 1075 Tahun Abul Wafa’ Al Buzjani dengan mengatakan “Hari ini Doodle memberi kehormatan bagi orang ini, inovator yang berkontribusi untuk ilmu pengetahuan termasuk salah satunya mengenalkan pertama kalinya angka negatif. Dan pengembangan kuadran pertama, alat yang digunakan oleh astronom untuk meneliti langit. Kepeloporannya dalam trigonometri bola itu sangat berpengaruh bagi ilmu matematika dan astronomi”.
Nah, jadi itulah cerita tentang Al-Buzjani, si ilmuwan hebat. Baca juga artikel lainnya tentang Ibnu Firnas dan Fakta Menarik Air. Kalau penasaran, silahkan klik link-nya!
Sekian dulu artikel ini, wassalamu’alaikum warrah matullahi wabarakatuh.